Hii, zoners (panggilan unt para penikmat blog ini), sudah berapa lama yak indah tidak menulis catatan dalam blog ini, rasanya rindu sangat? :D
Bukan. Bukan karena indah sibuk. Juga bukan karena im2modemqusayang tidak ada pulsanya. Juga bukan karena indah malas mengetik. Hhmmm, meskipun terdengar seperti alasan, tetapi benar kok, itu semua karena terlalu banyak yang mau indh ceritain jadi bingung mau mulai dari part yang mana. :D (sok banyak kegiatan yak indh :D)
Dengan agak sedikit lebih banyak (nah lho, bingung gak maksudny apa? :P). Maksudnya setelah dipikir-pikir, kali ini indh mau share tentang perjalanan i-esapala (IKAPALA dan ESAPALA) ke Gunung Dempo, Pagar Alam, Sumatera Selatan yang lalu. Tentu saja dengan indah's version. CHECK IT OUT !!!! :)
Bandar Lampung, 03 September 2011
Siang hari kita masih berkutat di rumah saudari Siti (E24) untuk menentukan rencana keberangkatan. Yupp, kita masih diskusi mau berangkat naik apa. Usut punya usut, kita tidak bisa berangkat naik kereta malam ini ke Palembang karena kereta malam saat itu ditiadakan. Pilihannya cuma dua, charter mobil Oom nya Tri (E24) dengan harga Rp 700.000,- atau tunggu besok naik kereta pagi.
Jujur, waktu mendengar kabar itu sempat bertanya dalam hati juga, "apakah perjalanan ini akan baik-baik saja ya ALLAH?" Pasalnya, keberangkatan ini sudah ditunda satu hari, ditambah Gusti (Caang25), Fadhil dan Donna (E23) batal ikut, plus kejadian ini jadi menyiutkan nyali. But it's ok, sudah terlanjur di sini, harus tetap dilanjutkan. :D
Akhirnya setelah melalui diskusi yang alot (lebay :D) mengenai keberangkatan dan skandal izin Namuri (E24), akhirnya kita berangkat (pukul 8pm) menuju Pagar Alam dengan bantuan Tri dan Oom nya. :)
Pagar Alam, 04 September 2011
Amazing !! Kita sampai di Pagar Alam jauh lebih cepat dari dugaan (kalau tidak salah pukul 10am) yang dengan rasa lelah (menurut indah) tidak begitu kentara. Ini semua tidak terlepas dari usaha Oom Tri yang mengambil jalan alternatif plus mengendara dengan cukup cepat, tetapi hasilnya Oom tri langsung jatuh sakit. :D
Sebelum transit di rumah nenek Tri (lagi lagi Tri, bosen nulisnya :P), kita foto-foto dulu di tembok "Selamat Datang di Kota Pagar Alam, Kota Perjuangan" plus mampir dulu di Air Terjun, lumayan bisa basah-basah dikit, kan belum mandi pagi. :D
Menjelang sore, saat si empunya desa (yupp, lagi lagi Tri :D) dan Siti kembali dari pasar untuk berbelanja logistik, kita akhirnya mempercepat waktu tujuan ke Dempo. Kata Anggi (Ikapala as leader), "lebih bagus kalau malam ini kita istirahat di camp Kampung IV biar besok pagi-pagi kita langsung bisa tracking." Pikir punya pikir, benar juga yang dibilang leader, so sore itu (sekitar ba'da Ashar) kita berangkat ke Kampung IV.
Menjelang Maghrib Masih di Hari yang Sama, di Tempat Berbeda (Kebun Teh PTPN VII)
Apa yang kita lakukan di kebun teh pada jam segini?? Tidak lain dan tidak bukan adalah mencari jalan ke Kampung IV. Yupp, dengan rasa lelah yang menggelayuti kaki dan rasa pesimis yang sempat menguji membuat indh sempat berpikir lebay, "kampungnya kok gak ketemu-ketemu yak? ini bener gak si jalannya leader? ya ampun, bener-bener udah tua yak, kayak gini ajah udah capek, apalagi besok saat pendakian?" Tetapi tentu saja, perjalanan masih belum boleh berakhir. Perasaan lebay itu indh coba adu dengan perasaan lebay lainnya, "Ya Allah, kuatkanlah indh. kalo' indh tumbang di sini, kasian mereka (adek-adek i-esapala). lagipula, ini jadi tolak ukur indh supaya lebih berani buat ngunjungin gunung impian indh, Mahameru. jadi semangadh indh!!!" Hahaha, lebay kan, tetapi itu memang yang ada dipikiran indh. Malu juga kalau ingat sempat berjibaku dengan pikiran-pikiran itu. :D
Dan akhirnya, tak selang lama dari kumandang Adzan Maghrib, Kampung IV ditemukan juga. Alhamdulillahi robbal 'alamin!!! :)
Kampung IV, 05 September 2011
Cooking cooking. Yupp, biar perjalanan kita berenergi, kita masak-masak terus makan-makan habis itu cuci-cuci, and then packing-packing lagi deh. :D
Lupa tepatnya jam berapa, tetapi jelas terlihat kita berangkat dari Kampung IV saat matahari mulai meninggi. Dengan perut yang terisi penuh, kita kembali menjelajahi kebun teh, kali ini untuk menemukan jalan ke Pintu Rimba. Tetapi kok .......
2 Jam kemudian. Pintu Rimba tidak juga ditemukan. Akhirnya diputuskan, Anggi dan Kholilur (E24) harus kembali ke Kampung IV untuk menanyakan arah perjalanan yang benar. Dan ternyata, kita memang benar-benar salah banget mengambil arah perjalanan. Okeh, back to Kampung IV, kampung penuh kenangan. :D
Setelah istirahat sejenak sambil mengisi jam makan siang plus ditambah shalat para personil (khawatir tersesat lagi jadi pada ingat shalat :D), akhirnya kita menuju jalan kebenaran, menuju Pintu Rimba.
Perjalanan masih terus berlanjut. Kita melewati beberapa titik: kebun teh, pintu rimba, dinding lemari, and then ..... Lupa waktu tepatnya jam berapa, yang pasti ba'da Ashar kita sampai di Shelter 1 dan diputuskan menginap di sini. Banyak hal yang (menurut indh) menyenangkan terjadi malam ini. Mulai dari kompor gas yang hampir terbakar, sibuk membagi logistik pas-pasan agar cukup untuk perjalanan tiga hari dua malam, Anggi dan Heru (E24) yang (indh pikir diam) ternyata bisa gokil juga, Siska (E24) yang sempat gerah karena diledekin mulu, Kevin (Caang25) dengan Came Back to Home-nya, api unggun dengan lantunan mp3 (tetep teknologi jalan :D), dan para tamu pembawa kacang goreng yang menjadi rebutan para personil i-esapala. Kalau kata Ridho Rhoma, "We are have fun together". :)
Gunung Dempo, 06 September 2011
Setelah sarapan, kita bergerak lagi hari ini. Dua titik yang kita tuju hari ini, Top Dempo dan Pelataran. Dengan penuh semangadh dan kesatuan tekad (seperti slogan jurusan indh :D) kita kembali tracking. Ada perasaan beda hari ini, indh merasa hari ini kita tracking dengan perasaan lebih rileks, good mood and feeling. :)
Ba'da Dzuhur kita tiba di Shelter 2. Break sejenak, sambil berbincang dengan pendaki lain yang hendak turun, kita mengisi tenaga dan tangki-tangki air yang mulai kekeringan. Ada kejadian yang (menurut indh) sedikit lucu di sini. Entah karena kelelahan atau karena terlalu senang mengobrol, daypack yang dibawa oleh Heru terbawa oleh pendaki yang kita ajak berbincang, dan lebih konyolnya lagi, orang yang membawa dan kehilangan tas tersebut sama sekali tidak menyadarinya. Tetapi Alhamdulillah yak, sesuatu sekali karena teman yang lain menyadari itu sebelum mereka turun lebih jauh. :D
Cadas. Track yang membuat indh kembali berpikir, "Subhanallah, kok ini mulu yak jalannya, kapan sampai top ini mah. lama bener yak." :D
Yahh, mohon dimaklum yak, karena wanita yang satu ini sudah berumur dan sudah tidak pernah lagi melatih fisik. But, finally kita sampai di Top Dempo ba'da Ashar, dan ritual itupun dilaksanakan: mengucap Janji Esapala di Top Dempo. Dan tentu saja, ajang bernarsis ria tidak terlewatkan. Setelah berpuas-puas ria, kita turun ke Pelataran Dempo untuk nge-camp.
Lagi-lagi di sini ada tragedi. Kita sebut saja tragedi "Roti Basi". :D
Yupp, saat kita (beautycheff=Siti,Siska,Indh :D) akan menyuguhkan roti sebagai cemilan, kita menyadari satu hal: roti itu sudah kadaluarsa, tidak layak makan, dan lebih pantas dibumihanguskan (hahaha lebay tidak ketulungan ini mah). Tetapi dasar kawanan jahil (Kholilir, Tri, Namuri, Kevin, dan Anggi) tidak bisa dinasehatin, mereka kekeuh mengolah dan memakan roti-roti tersebut. Dan ternyata benar, roti itu sudah tidak layak makan karena Anggi malamnya muntah-muntah. Dan yang lain? Mereka lebih lihai dengan meminum susu setelah memakan roti basi tersebut, bagus. :D
Okeh, waktunya bermimpi !!!!!
Pelataran Dempo, 07 September 2011
Baru juga membuka mata. Baru juga mulai membuka obrolan dengan beautycheff. Baru juga mulai menyiapkan bahan makanan. Leader langsung meminta kita bergegas kalau mau ikut ke Puncak Merapi. Alhasil, dengan berbekal gula, kopi, teh, dan air, kita berangkat untuk mengunjungi Kawah Merapi.
Kata Anggi cuma 15 menit, tetapi karena kamus kita adalah "dua kali lipat waktu Anggi", benar saja waktu tempuh kita (khususnya para wanita), dua kali lipatnya sang leader. :D
Sampainya di Puncak Merapi kita bernarsis ria kembali, bikin video MJ, Heru menelepon pacarnya, Namuri dan Kevin BBM-an ria dengan keluarga, Siti menelepon ayahnya, dan indh update status facebook. :D
Pukul 12pm. Setelah cooking cooking, makan makan, masak air beraroma belerang (hanya itu mata airnya), packing packing, dan foto-foto yang gagal karena baterai kamera yang low, kita kembali bergerak. Come back to home, menuju Rimau, basecamp di kaki Gunung Dempo. Dengan sedikit berlarian jika ada track datar dan menurun, finally kita sampai di Rimau (sebutan warga setempat untuk harimau karena di camp ini ada patung harimau), sekali lagi saat ba'da Ashar. Hmmm, klop sangat waktunya yak. :)
Malam itu, dengan bantuan Oom Tri (lagi) akhirnya kita dapat bus ke Palembang dengan potongan harga (hehehe...). Yupp, kita harus ke Palembang malam ini untuk mengejar kereta pagi harinya.
Palembang, 08 September 2011
Tujuh jam, waktu tempuh yang dilalui untuk Pagar Alam-Palembang. Saat itu masih subuh ketika bus kita sampai di kota yang akan menjadi tuan rumah Sea Games. Dan rasanya sayang kalau sudah sampai Palembang tidak cuci mata sedikit. Finally, Anggi-Kevin (kloter 1) dan Namuri-Indah-Siti (kloter 2) memutuskan untuk sedikit berjalan-jalan di Kota Pempek ini, dan kemana lagi kalau bukan bernarsis ria di Jembatan Ampera (hehehe...). Entah karena sok tahu atau karena hobi tersesat, NIS harus melalui jalan lain terlebih dulu sebelum akhirnya menemukan jalan kebenaran menuju Ampera. Dan lebih bagusnya lagi, saat kita sampai di sana, lampu jalan yang menghiasi Ampera dipadamkan, tepat sebelum foto diambil. Bagus kan?? :D
Finally, kita pulang menuju Bandar Lampung menggunakan kereta ekonomi seharga Rp 15.000,-. Meskipun sempat kesal dengan sopir angkot dan bapak polisi, sempat ada yang ngambek juga, plus ketemu (katanya, sampai sekrang indh masih belum percaya) artis, kita berbahagia sampai di Kota Bandar Lampung. Alhamdulillahirobbil 'alamin saat tiba di stasiun Tanjung Karang semuanya sehat dan ceria. :)
Nice Trip. Makasih buat personil i-esapala karena telah menambah catatan menarik dalam lembar kehidupan indh. The last, teruslah mengukir catatan kehidupan sampai tintamu mengering dan tak ada lagi lembar yang dapat ditulis (Rei, 2011).
Ini cerita indah, bagaimana ceritamu??? :)
kereeeeen,baru buat blog sh mgkanya baru bisa komen skrg, hehe
BalasHapusmb indah apakabar?