SELAMAT DATANG DALAM ZONA IRENT ... SELAMAT MENIKMATI ^^



English Japanese Korean Arabic Chinese Simplified German Spain Italian Dutch Russian Brazil French
Translate Widget by Google

Minggu, 24 April 2011

Diam adalah Pilihan Tepat

Sebenarnya bingung ingin bercerita apa kali ini karena belakangan indah masuk dalam komunitas PEJABAT alias pengangguran jawa barat sehingga tak banyak hal istimewa yang dapat diceritakan. Title pejabat ini membuat indah menjadi makhluk paling malas sedunia (emang biasanya rajin..?? =P) yang kerjanya duduk di depan televisikusayang atau sikompikutercintananmalang =D.  Tetapi dari hasil bermalas-malasan itu, indah dengan dibantu sikompikutercintananmalang mendapatkan cerita yang (menurut indah) cukup menarik.  Cerita yang bisa mengingatkan kita pada satu pepatah yang nampaknya mulai ditinggalkan oleh para penghuni dunia yang indahnanfana ini : "Diam Itu Emas". Cekidot..^^


=> Alkisah dimulai dari seorang lelaki miskin yang mencari nafkahnya hanya dengan mengumpulkan kayu bakar lalu menjualnya di pasar. Hasil yang ia dapatkan hanya cukup untuk makan. Bahkan, kadang-kadang tak mencukupi kebutuhannya. Tetapi, ia terkenal sebagai orang yang sabar.


Pada suatu hari, seperti biasanya dia pergi ke hutan untuk mengumpulkan kayu bakar. Setelah cukup lama dia berhasil mengumpulkan sepikul besar kayu bakar. Ia lalu memikulnya di pundaknya sambil berjalan menuju pasar. Setibanya di pasar ternyata orang-orang sangat ramai dan agak berdesakan. Karena khawatir orang-orang akan terkena ujung kayu yang agak runcing, ia lalu berteriak, “Minggir… minggir! kayu bakar mau lewat!.” Orang-orang pada minggir memberinya jalan dan agar mereka tidak terkena ujung kayu. 

Sementara, ia terus berteriak mengingatkan orang-orang. Tiba-tiba lewat seorang bangsawan kaya raya di hadapannya tanpa mempedulikan peringatannya. Kontan saja ia kaget sehingga tak sempat menghindarinya. Akibatnya, ujung kayu bakarnya itu tersangkut di baju bangsawan itu dan merobeknya. Bangsawan itu langsung marah-marah kepadanya, dan tak menghiraukan keadaan si penjual kayu bakar itu. Tak puas dengan itu, ia kemudian menyeret lelaki itu ke hadapan hakim. Ia ingin menuntut ganti rugi atas kerusakan bajunya.


Sesampainya di hadapan hakim, orang kaya itu lalu menceritakan kejadiannya serta maksud kedatangannya menghadap dengan si lelaki itu. Hakim itu lalu berkata, “Mungkin ia tidak sengaja.” Bangsawan itu membantah. Sementara si lelaki itu diam saja seribu bahasa. 

Setelah mengajukan beberapa kemungkinan yang selalu dibantah oleh bangsawan itu, akhirnya hakim mengajukan pertanyaan kepada lelaki tukang kayu bakar itu. Namun, setiap kali hakim itu bertanya, ia tak menjawab sama sekali, ia tetap diam. Setelah beberapa pertanyaan yang tak dijawab berlalu, sang hakim akhirnya berkata pada bangsawan itu, “Mungkin orang ini bisu, sehingga dia tidak bisa memperingatkanmu ketika di pasar tadi.”


Bangsawan itu agak geram mendengar perkataan hakim itu. Ia lalu berkata, “Tidak mungkin! Ia tidak bisu wahai hakim. Aku mendengarnya berteriak di pasar tadi. Tidak mungkin sekarang ia bisu!” dengan nada sedikit emosi. “Pokoknya saya tetap minta ganti,” lanjutnya. Dengan tenang sambil tersenyum, sang hakim berkata, “Kalau engkau mendengar teriakannya, mengapa engkau tidak minggir? Jika ia sudah memperingatkan, berarti ia tidak bersalah. Anda yang kurang memperdulikan peringatannya.”


Mendengar keputusan hakim itu, bangsawan itu hanya bisa diam dan bingung. Ia baru menyadari ucapannya ternyata menjadi bumerang baginya. Akhirnya ia pun pergi. Dan, lelaki tukang kayu bakar itu pun pergi. Ia selamat dari tuduhan dan tuntutan bangsawan itu dengan hanya diam. <=

Ternyata pepatah itu masih berlaku. Ternyata si tukang kayu bakar itu tahu kapan dia harus bersuara dan kapan dia harus diam.  Ternyata si bangsawan yang banyak bicara dan berkelit itu kalah karena mulutnya sendiri. Ternyata mulut ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.  Ternyata mulut ini boleh bicara, tetapi tidak boleh berlebihan dan harus sesuai fakta. Seperti kata ALLAH SWT dalam QS. Al-Baqarah : 2 yang bermakna : "... Dan bertutur katalah yang baik kepada sesama manusia ...". Oleh karena itu benarlah jika kita harus berkata yang baik atau diam.

Sebenarnya indah juga masih belum bisa menjaga mulut ini dengan baik, tetapi dengan adanya cerita ini semoga kita bisa saling mengingatkan, bisa saling berbagi kebaikan.  Semoga cerita ini bisa bermanfaat dan kita bisa menjadi khalifah yang lebih baik lagi, amin..^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

please leave your comment,, thx..^^